Sebut saja Indonesia 4.0 sebuah sebutan 4.0 untuk masuknya industri 4.0 di negeri ini, tunggu dulu ada industri 3.0 yang perlu dipertimbangan yaitu otomatisasi dan komputerisasi yang tentu saja ini dasar untuk dapat mengikuti arah industri 4.0 itu sendiri atau barangkali kita ingin loncat saja dan langsung masuk pada era industri 4.0 tanpa harus menguatkan industri 3.0 yang tentu saja dengan kondisi wilayah yang terdiri dari berbagai pulau dan dengan kondisi infrastruktur yang berbeda-beda ada yang lebih siap dan bahkan ada yang belum sama sekali terbangun.
Sebenarnya menurut saya kedua industri itu 3.0 dan 4.0 dapat digabung secara langsung sehingga terwujudnya Indonesia 4.0 dengan Big Datanya , Interopabilitas untuk menghasilkan sebuah AI sebagai bahan analisa dan perkembangan pembangunan . Namun untuk ini perlu tenaga ekstra untuk mewujudkannya. Bukan dari sisi Brainware yang dimiliki oleh Indonesia itu sendiri tetapi juga penetu kebijakan dalam hal ini pemerintah harus mulai melakukan kolborasi yang sesungguhnya antar KL dan atau dengan masyarakat itu sendiri baik itu menguatkan konsep pentahelix atau yang lainnya. Yang utama sih menghilangkan egosentral antar KL atau di dinas di tiap tingkat pemerintahan.
Mungkin ada kalimat sederhana yang masih menggelitik di telinga saya " Mau kerja bagus atau tidak toh saya masih tetap digaji, kalo tidak berprestasi ya jabatan saja yang susah naik !". Kalimat ini mungkin tidak semua dipegang teguh oleh banyak kalangan, ada juga yang masih idealis didalam bekerja untuk membangun Indonesia yang lebih baik terutama untuk mewujudkan Indonesia 4.0 ini. Tentunya semua kembali lagi kepada individu itu sendiri, toh walau dibuat peraturan dan kendali yang begitu ketat ujungnya tetap saja seperti yang dapat kita lihat saat ini.
Diluar hal pendapat individu tentang pola kerja dan lainnya , kita kembali tengok arah Industri 4.0 di Indonesia itu sendiri, percepatan pembangunan internet di percepat di banyak daerah dengan sebutan 3T namun yang masih saya pikir aneh , kok tidak diimbangi oleh pembanguan saranan Listrik sebagai sumber utamanya. Hitung-hitung jumlah warga disatu wilayah yang tidak masuk dalam quota sehingga sulit membangun infrastuktur Listrik karena tidak menguntungkan. Padahal pembangunan itu bagian dari investasi yang akan mendapatkan nilai dalam proses yang cukup panjang. Coba kita tengok kembali , bagaimana pembangunan infrastuktur lebih banyak di satu pulau saja di Indonesia saat ini. walau ada banyak di beberapa tempat di luar pulau tersebut tapi terlihat sentralistik pembangunan infraturuktur sangat cukup terlihat.
Bagaimana mau mengembangkan Internet kalo Listrik saja tidak ada ? Tunggu dulu ini masih hal yang saya lihat kenyataannya saat perjalan kebanyak daerah di Indonesia, dan tentu bukan untuk melihat dari sisi negatif tapi ya namanya ngurusin Indonesia gak gampang keles.... Banyak hal yang harus dipertimbangkan baik geopilitik, sosial kemasyarakatan, budaya dan lainnya belum lagi hal lain sepertu keinginan akan kekuasan secara pribadi atau golongan dan bla bla bla lainnya.
Pembangunan untuk mewujudkan cita-cita bangsa ini " Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,memajukan kesejahteraan umum,Mencerdaskan kehidupan bangsa .." tentu masih merupakan pekerjaan yang masih panjang, ditambah dengan kurangnya literasi tentang pemanfataan teknologi digital di tengah masyarakat sehingga masih mudahnya masyarakat menkonsumsi berita dan informasi yang salah dan hal lainnya membuta pekerjaan menuju Industri 4.0 ini semakin sulit . Percepatan brainware sebagai kunci perkembangan industri 4.0 pun berjalan tersendat-sendat karena pandemi global yang melanda hampir 2 tahun lebih berjalan.
Intinya masih panjang banget proses Indonesia menuju Indonesia 4.0 walau saya masih optimis bila semua bergandengtangan, berkolaborasi dan menghilangan seluruh egosentral dan kepentingan pribadi dan golongan tentu semua bisa dilakukan dengan cepat.